Pagi buta aku menggigil diantara sepoinya pepohonan
Mengencangkan kembali gas roda dua kendaraan
Sekelebat nun jauh nampak sebuah bayangan
Dan sosok itu kini tepat depanku bersimpangan
Perempuan renta memanggul bawaannya
Koin yang ia bawa bergerombol dalam saku kanan baju lusuhnya
“Berat, tentu berat” isakku dalam sanubari dan aku tak kuasa
Namun senyum sumringah itu tersungging mana kala para tengkulak berterima kasih padanya
Aku luluh dengan ayatNya subuh ini
Peristiwa ini telah menamparku kencang sekali
Air mataku menetes tak terkira sampai di pipi
Ku ingat koin dalam sakunya kala itu terlalu berat memuat, hingga tak tertahan lagi
Pyaaaar!
Di gang sempit itu, perempuan gagah menyelamatkan koinnya
Menghitunya
Lalu menaruhnya dalam kresek hitam miliknya
Entah sudah berapa panggulan yang ia angkat semenjak pagi buta
Meski nampak sudah rautnya payah, ia senantiasa menebar senyum merekah
Pagi ini rupanya ia bergegas, berkemas dan meninggalkan pasar yang sudah nampai ramainya
Langkahnya gontai, sedikit menyeret kaki yang telah lama diajaknya bersusah payah
Tiit! Tiit!
Klakson mobil menghancurkan lamunanku
Tak kusadari, aku telah mematung di depan gang sempit perjanalanku
Benar kata Rasul, “Ibumu, ibumu, ibumu” adalah sosok yang wajib dimuliakan
“…Bu, koin yang berserak itu telah menjadi saksi, bahwa engkau telah mengusahakan yang terbaik untuk anak-anakmu di rumah”
Masrifatun Nida’, S. Hum. Alumnus sastra Arab di Universitas Islam Negeri Maliki Malang, semasa kuliah aktif menjadi kader di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, kini menjadi pengajar di salah satu sekolah swasta, perempuan yang menyukai buku dan mencintai menulis, memiliki blog (nidamasrifah.blogspot.com) Silahkan mampir.