Site icon Inspirasi Muslimah

Kenali Gejala dan Penyebab Kolik pada Bayi

kolik bayi

 Mungkin saat ini Bunda sedang berada pada tahap bahagia bersama buah hati yang baru saja lahir ke dunia. Mungkin juga, bunda bersama keluarga tengah menikmati rutinitas nyaman bersama bayi baru lahir yang tampak selalu tenang dan menggemaskan. Hingga tiga minggu kemudian, mungkin bunda mulai mendapati suasana yang mencemaskan juga menghawatirkan. Di mana bayi mulai rewel dan nangis hingga berjam-jam di setiap malam.

Jika ayah dan bunda mengalaminya, maka kami ucapkan selamat datang di dunia pengasuhan bayi yang menantang; kolik.

Biasanya tangisan bayi dengan kolik terdengar seperti sebuah jerit kesakitan. Meskipun pada dasarnya itu hanyalah sebuah istilah untuk menggambarkan tangisan berlebihan pada bayi sehat selama beberapa bulan pertama kehidupannya. Oleh sebab itu, ayah dan bunda tidak perlu mengkhawatirkannya. Kabar baiknya, kolik hanya berlangsung hingga usia bayi mencapai kurang lebih tiga bulan dan akan menghilang secara ajaib, bahkan Ayah dan Bunda sering tidak menyadarinya. Meskipun ketika menjalaninya, waktu terasa sangat lama dan tak jarang berujung frustasi karena begitu sulit menemukan cara terbaik untuk menenangkan dan meredakan kolik pada bayi.

Apakah Bayi Ayah dan Bunda Mengalami Kolik?

Perlu Ayah dan Bunda semua sadari bahwa, semua bayi memiliki periode menangis dan rewel. Dan kondisi ini bisa dianggap kolik ketika tangisan bayi berlangsung selama lebih dari tiga jam dalam sehari, dan selama lebih dari tiga hari dalam seminggu. Tangisan ini sering disertai dengan sendawa dan adanya tanda-tanda gas dalam perut bayi (seperti kembung), yang mungkin karena bayi menelan udara saat menangis. Termasuk prilaku mengepalkan kedua tangan seolah meninju udara dan kedua kaki berayun-ayun berusaha menendang ke segala arah. Tidak hanya itu, bayi pun sangat sulit ditenangkan meskipun dengan berbagai upaya.

Meskipun demikian, tidak perlu khawatir. Setelah dipastikan bahwa bayi tidak memiliki masalah kesehatan, bayi makan dan tumbuh dengan baik, tidak muntah atau diare, dan mengikuti pola menangis yang berkepanjangan di malam hari (bukan sepanjang hari), maka buah hati mungkin mengalami kolik yang wajar.

Kapan kolik mulai dan berakhir?

Ayah dan Bunda boleh bahagia, karena kabar baiknya adalah kolik bayi tidak berlangsung selamanya. Sebagian besar serangan dimulai ketika bayi berusia sekitar 2 hingga 3 minggu dengan periode menangis yang lama di malam hari, antara pukul 6 sore. Kemudian mencapai puncaknya pada sekitar 6 minggu dan kemudian biasanya mulai berkurang pada 10 hingga 12 minggu.Pada usia 3 bulan (walaupun biasanya sedikit lebih lambat pada bayi prematur), sebagian besar bayi kolik tampaknya sembuh dengan sendirinya. Pada sebagian kolik dapat berhenti tiba-tiba, namun sebagian lainnya bisa berakhir secara bertahap, dengan beberapa hari membaik dan beberapa hari memburuk sampai akhirnya sebagian besar benar-benar membaik dan jelas bahwa semua tahap telah berlalu.

Oleh karena itu, sedikit pengetahuan yang ayah dan bunda pelajari, serta kesabaran yang selalu dipelihara lebih tinggi, benar-benar sangat ampuh untuk bertahan hingga badai kolik ini berlalu

Gejala Kolik

Bagaimana Rahmania mengetahui, apakah buah hati sedang terserang badai kolik? Berikut adalah beberapa tanda kolik yang harus Ayah dan Bunda waspadai:

1.      Kolik terjadi berulang, tetapi umumnya mengikuti pola “tiga aturan”: Menangis berlangsung total setidaknya tiga jam sehari, setidaknya tiga hari seminggu dan setidaknya tiga minggu berturut-turut.

2.      Menangis sering terjadi pada waktu yang hampir bersamaan setiap hari (biasanya pada sore (biasanya jam 18.00) atau malam hari (khususnya tengah malam), tetapi dapat bervariasi).

3.      Bayi menangis tanpa alasan yang jelas (bukan karena popoknya kotor atau lapar, tidak juga karena lelah).

4.      Bayi mungkin menarik kakinya (seperti menendang), mengepalkan tinjunya, dan umumnya lebih banyak menggerakkan kaki dan tangannya.

5.      Bayi akan sering menutup atau membuka matanya sangat lebar, mengerutkan alisnya dan bahkan menahan napasnya sebentar.

6.      Aktivitas usus meningkat, dan ia mungkin mengeluarkan gas (kembung) atau gumoh.

7.      Makan dan tidur bayi terganggu oleh tangisan. Bayi dengan panik mencari puting susu, tetapi setelah mendapatkannya justru malah menolak menghisap. Atau tertidur sebentar, tetapi tiba-tiba bangun sambil berteriak menangis.

Sayangnya ayah bunda, sampai sekarang tidak ada definisi yang jelas untuk membedakan tentang kolik dan tangisan normal.

Tetapi secara umum disetujui bahwa tangisan kolik terdengar lebih keras, lebih intens, dan bernada lebih tinggi daripada tangisan normal, bahkan terkadang hampir seperti berteriak.

Bayi kolik juga tampak tidak dapat dihibur, dan cenderung lebih banyak menangis sepanjang hari dibandingkan tangisan bayi tanpa kolik. (Bahkan mungkin terasa seperti terjadi di sepanjang waktu, sangat melelahkan, dan membuat orang tua cemas.)

Periode kolik berlasngung secara berulang setiap hari, dan cenderung terjadi pada waktu yang sama. Sekalipun beberapa bayi terkadang tidak menangis di satu malam.

Apa penyebab kolik pada bayi?

Sampai detik ini, penyebab kolik masih berupa misteri. Para ahli bahkan sepakat, kolik tidak disebabkan oleh kelainan genetic atau gangguan yang terjadi selama kehamilan atau persalinan. Juga tidak mencerminkan keterampilan mengasuh anak. Dan juga bukan salah siapa-siapa.

Teori tentang Penyebab Tangisan Kolik pada Bayi:

1.      Perasaan yang terlalu terstimulasi. Satu penjelasan: Bayi baru lahir memiliki mekanisme bawaan untuk mengatur pengelihatan dan suara di sekitar mereka, yang memungkinkan bayi tidur dan makan tanpa terganggu oleh lingkungan. Namun, menjelang akhir bulan pertama, mekanisme ini menghilang sehingga membuat bayi lebih sensitif terhadap rangsangan di sekitarnya. Dengan begitu banyak sensasi baru yang datang padanya, beberapa bayi menjadi kewalahan, dan seringkali dialami di penghujung hari. Untuk melepaskan stres itu, bayi rewel (menangis dan menangis).

2.      Sistem pencernaan yang belum matang. Mencerna makanan adalah tugas besar bagi sistem pencernaan bayi yang baru lahir. Akibatnya, makanan bisa lewat terlalu cepat dan tidak terurai sempurna, mengakibatkan produksi gas di usus meningkat sehingga menimbulkan kembung dan rasa sakit di perut.

3.      Refluks asam lambung. Penelitian menemukan bahwa GERD bayi (penyakit refluks gastroesofageal) dapat memicu episode pada bayi kolik, meskipun tidak menyebabkan kolik. GERD bayi seringkali merupakan hasil dari sfingter esofagus bagian bawah yang kurang berkembang, sehingga otot ini menjaga asam lambung agar tidak mengalir kembali ke tenggorokan dan mulut, yang dapat mengiritasi kerongkongan. Gejalanya terdiri dari sering meludah, pola makan yang buruk, dan lekas marah selama dan setelah menyusu. Kabar baiknya GERD bayi akan sembuh dengan sendirinya pada usia 1 tahun (dan kolik biasanya hilang jauh sebelum itu).

4.      Alergi atau sensitivitas makanan. Beberapa ahli percaya bahwa kolik adalah hasil dari alergi terhadap protein susu sapi (atau intoleransi laktosa) pada bayi yang diberi susu formula. Lebih jarang, kolik mungkin merupakan reaksi terhadap makanan tertentu dalam makanan ibu yang menyusui. Bagaimanapun, alergi atau sensitivitas ini dapat menyebabkan sakit perut yang dapat memicu perilaku kolik.

5.      Paparan tembakau. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu yang merokok selama atau setelah kehamilan lebih mungkin memiliki bayi dengan kolik, dan perokok pasif juga bisa menjadi penyebabnya.

Rahmania tentu merasa tegang dan cemas selama menjalani periode menegangkan ini, namun percayalah bahwa waktu akan segera berlalu. Untuk melerai ketegangan di masa seperti ini, tidak ada salahnya jika ayah dan bunda meminta anggota keluarga atau teman untuk membantu bergantian menjaga bayi untuk sementara. Ayah atau bunda dapat mengambil waktu satu atau dua jam untuk rehat dan melepas kepenatan.

Tidak peduli seberapa tidak sabar atau marahnya ayah dan bunda menghadapi situasi ini, seorang bayi tidak boleh diguncang. Mengguncang bayi dengan keras dapat menyebabkan kebutaan, kerusakan otak, atau bahkan kematian. Wajib segera memberitahu dokter, jika ayah atau bunda mulai mengalami depresi atau kesulitan menangani emosi, karena dokter mungkin bisa merekomendasikan cara untuk membantu.

Bagikan
Exit mobile version