f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kawruh pamomong

Kawruh Pamomong: Ilmu Parenting dari Ki Ageng Suryomentaram

Parenting merupakan pengetahuan yang berkait dengan interaksi orang tua dengan anak dalam mendidik, membimbing, mendisiplinkan, dan melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat. Di Indonesia, pengetahuan parenting telah banyak dimengerti dan disesapi keluarga. Hal ini terbukti dengan banyaknya seminar, workshop, dan kelas yang mendedah parenting. Namun, tak banyak yang sadar bahwa parenting yang banyak disesapi oleh keluarga Indonesia bukan lah pengetahuan yang mengakar pada nalar masyarakat Indonesia. Melainkan pengetahuan yang dicipta dari para Sarjana Barat. Parenting yang diajarkan sudah “klise” karena antara pola asuh keluarga di Indonesia dengan keluarga di Barat jelas berbeda.

Pengetahuan parenting asli dari nalar masyarakat Indonesia yakni kawruh pamomong. Kawruh pamomong merupakan pengetahuan yang mempelajari tentang pendidikan, pengasahan, dan pengajaran pribadi raos momong (jiwa mendidik anak dan keluarga). Kawruh Pamomong dalam Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang raos (jiwa) mendidik anak (Sugiarto, 2015). Raos secara etimologi bermakna rasa dan perasaan, namun dalam perspektif yang khusus ia diartikan sebagai jiwa atau mental (Kuntcoroningrat dalam Sugiarto, 2015).

Konsep Kawruh Pamomong yang dicetuskan oleh Ki Ageng Suryomentaram berbasis pada pengetahuan yang telah ia lakukan. Hal ini selaras dengan ilmu pengetahuan Jawa, “Ilmu kelakone kanthi Laku” (Ilmu diperoleh dari perilaku/tindakan). Hal ini tak lepas dari pengembaraan Ki Ageng Suryomentaram yang semulanya keturunan bangsawan Keraton Yogya, dan memilih menanggalkan kebangsawananya untuk mencari pengetahuan (kawruh). Ia merupakan anak ke-55 Sultan Hamengku Buwono VII (HB VII) dengan ibunya bernama Bendoro Raden Ayu Retnomandoyo, putri Patih Danurejo VI (Bonnerff, 1983).

Dalam Kawruh Pamomong, Ki Ageng Suryomentaram memberikan rambu-rambu terhadap orang tua bagaimana mendidik anak untuk selarasa dengan raos (jiwa) serta memberikan wejangan agar orang tua tidak sulaya (kecewa) apabila tidak sesuai kudangan (harapan) orang tua. Ilmu parenting dari Ki Ageng Suryoementaram berupa kawruh pamomong, memiliki tiga prinsip utama dalam mendidik anak-anak.

Baca Juga  Saatnya Tidak Memberi Makan kepada Anak Terlalu Kenyang saat Sahur

Pertama, mendidik anak untuk mengajarkan sumerep (memahami dan mengerti) terhadap barang atau hal yang benar, agar bisa berpikir dengan benar. Ki Ageng Suryomentaram dengan tegas mengajak para orang tua untuk melatih berpikir secara logis, sehingga tidak menularkan/mendidik anak dengan pemahaman yang keliru. Sebagaimana yang banyak dilakukan oleh keluarga di Indonesia, yang mungkin dianggap sepele, yakni orang tua sering menakut-nakuti anak dengan hal-hal yang tidak-tidak.

Pengajaran sumerep (memahami dan mengerti) memberi dampak terhadap anak agar tidak takut pada hal-hal yang tidak nyata. Orang tua hendaknya menjauhkan hal-hal yang menakutkan pada anak, seperti: hantu, mitos-mitos, ancaman-ancaman dan sebagainya. Yang mestinya dilakukan oleh orang tua adalah telaten dalam mengasuh dan mendidik, sembari memberikan pengertian-pengertian yang benar, sesuai dengan kenyataannya. Dengan demikian anak akan berpikir dan merasakan secara benar.

Kedua, menumbuhkan raos sih (cinta kasih) terhadap sesama. Setiap anak merupakan dilahirkan secara “fitrah”, atau jika meminjam dalam ilmu paedagogi: tabula rasa (kertas kosong). Agar anak dapat memiliki raos sih orang tua hendaknya merepresentasikan terlebih dahulu bentuk raos sih tersebut. Untuk dapat mencapai pada kondisi anak yang mampu menumbuhkan roas sih, orang tua semestinya mengajarkan prinsip yang diwedarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram: mengajarkan anak untuk tidak membedak-bedakan orang lain; tidak mengejek orang lain; tidak menanamkan rasa curiga pada orang lain; tidak memberikan pujian yang berlebihan pada anak; tidak mengajarkan anak senang mendapat upah.

Demikian prinsip agar anak berwatak raos asih yang diwedarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram. Anak yang memiliki roas sih akan memberikan dampak pergaulan yang baik dengan teman-teman.  Anak tersebut akan memiliki watak seperti: tepo sliro (saling menghormati), sepi ing pamrih (tanpa pamrih), tatag (berani), dan sebagainya. Dan, sebaliknya, jika anak yang diasuh dengan asal-asalan. Maka, anak memiliki sifat-sifat yang buruk dalam pergaulan. Seperti yang marak dalam pergaulan anak yakni: bullying, suka mengejek, sombong, suka menghina teman dan sebagainya. Raos sih dapat menjadi solusi atas persoalan dalam menyemai pendidikan karakter pada anak di dalam lingkup keluarga. Karena tak dapat dipungkiri, bahwa keluarga merupakan sistem sosial kecil yang berdampak pada sistem sosial besar.

Baca Juga  Seni Berkomunikasi dengan Anak

 Ketiga, mencintai keindahan. Orang tua dalam Kawruh Pamomong mesti lah mengajarkan anak untuk mencintai keindahan, agar anak tahu bahwa barang/ hal itu indah. Pengajaran mencintai keindahan membuat anak akan melahirkan rasa yang peka dan tidak suka mengolok-olok (nyacat). Jika anak memiliki sifat suka mengolok-olok maka, orang tua perlu memberi nasihat kepada anaknya. Orang tua mampu memberikan banyak perspektif tentang keindahan. Seperti contoh: turunnya hujan sering kali membuat anak mengolok-olok karena membuat aktivitasnya terhambat. Orang tua yang tahu seperti itu, menurut Ki Ageng Suryomentaram semestinya memberi pemahaman bahwa hujan itu adalah rahmat Allah yang wajib kita syukuri. Jika tak ada hujan kita akan kesusasahan mendapatkan air. Dengan demikian tujuan utama dalam mengasuh dan mendidik anak adalah agar anak bisa wasis (pandai), kendel (berani), sregep (rajin), dan sugih (kaya).

Bagikan
Comments
  • Fajrii Ramadhann

    Moga dados lare ingkang bejik

    Juli 4, 2024
Post a Comment