Kudengar rintih sendu dan mendayu
Ada getaran nada di tepi jeritanmu
Seakan terselip secuil permohonan yang tertahan
Di sela titik bahagia yang kau dermakan
Berselimut setia di ratusan purnama dalam penantian
Ternyata kekasih hatimu sudah menemukan pasangan
Demi seribu sumpah cinta mati tlah terikrarkan
Tak kan pudar sepanjang nafasmu dikandung badan
Elok suaramu menyamarkan gelora dukamu
Luapan tangis dan tawa hanya kau yang tahu
Ego manusia penjara tanpa nama bagimu
Memaksa seribu asamu tergerus oleh waktu
Istana berbingkai ukiran klasik amat megah
Sangkar emas tempatmu meringkuk sepenuh pasrah
Kau simpan rapi lukamu yang bernanah campur darah
Sejatinya dirimu sudah lama kalah
Tiada seorang pun yang pernah bertanya
Apa warna-warni corak kalbu yang kau punya
Nuansa merah, kuning, ungu atau bahkan tak berwarna
Karena suka dukamu terkemas apik seindah panorama
Namamu kondang seantero jagat
Di antara mereka kau di atas beberapa derajat
Di setiap inci tubuhmu memancar sejuta daya pikat
Memantik hasratku ‘tuk selalu mendekat
Murai Batu, orang-orang menyebutmu
Kekasih hatiku membawamu untukku
Berharap aku bahagia dengan hadirmu
Dia pun berlalu di saat aku masih tergugu
Kala sorot puncak purnama garang menerkam
Kau bingkai nyanyianmu dalam diam
Kau kabarkan gulanamu kepada rembulan
Sedu sedanmu tak lagi mampu engkau tahan
Ketika pesona fajar menyapa ramah di ufuk timur
Kusangka dirimu masih membisu dalam tidur
Lelapmu kaku membuatku diam terpana
Bersama cintamu, kau pergi untuk selamanya
Seorang ibu rumah tangga dengan 3 anak, masih aktif di ‘Aisyiyah Donorojo Jepara.