f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kpop

Kalau Sudah Move On, Jangan Mau Diajak Balikan!

Sebagai remaja, hidup saya tidak jauh dari kata cinta, rindu, galau, baper, dan mantan. hal yang paling sulit untuk saya hadapi adalah move on. Mungkin, diri ini berpikir untuk berubah, ingin mencoba move on tapi tak mampu. Tak mampu sebab hati tak sejalan dengan pikiranku.  

Move on yang saya maksud di sini adalah berubah menuju hal yang baik. Yap ini kisahku dengan si dia. Eitss, tapi ini bukan kisah pilu hubungan haram seperti pacaran yaaa. Okey, boleh dikatakan kalau saya adalah seorang mantan kpopers, tapi jangan pernah beranggapan bahwa saya adalah seorang alumni kpopers yang sewaktu-waktu akan reuni atau kembali lagi menjadi kpopers. Jadi, saya ingat betul, kalau saya menjadi kpopers itu sejak tahun 2016.

Lima tahun lalu, tepatnya pada tahun 2016 saya adalah seorang kpopers pemula. Waktu itu, saya sangat mengidolakan EXO dan SNSD karena sepupu saya juga sangat mengidolakannya. Akibat sering main bersama sepupu dengan melihat idol kpop, saya sebagai remaja yang masih labil pun ikut-ikutan suka kpop, sampai akhirnya keterusan menjadi kpopers hingga tahun 2018. 

Di tahun berikutnya, tepatnya di tahun 2017, saya mulai mengenal berbagai Idol kpop, mulai dari NCT, TWICE, GFRIEND, BLACKPINK, hingga BTS. Nah, karena semakin banyak yang saya idolakan, maka semakin gencar pula saya stalking idol-idol. Tahun 2017 ini,  juga menjadi masa paling suram di hidup saya, karena saya terlalu larut dalam hiburan dunia yang semu dan mengakibatkan saya terlalu sering membuang waktu hingga nilai akademik saya turun. 

***

Mirisnya, dulu saya juga sangat mengidolakan orang yang jelas-jelas tidak tahu apakah saya hidup di dunia ini atau tidak. Sebagai remaja labil, saya juga sering menganggap mereka adalah pacar saya. Sama seperti teman saya yang juga menganggap idola mereka itu sebagai pacarnya. Bahkan ada yang menganggap mereka adalah teman hidupnya. Jadi, setiap ngumpul bareng teman-teman itu terasa sangat ramai, karena sering adu mulut saling berebut idol kpop yang paling tampan visualnya.

Sekarang kalau mengingat-ingat kejadian itu, sangat memalukan sekaligus memilukan. Di dunia nyata saja, saya sudah bertingkah seperti orang gila, ya tergila-gila dengan oppa, apalagi di dunia maya ya. Hmm, kalau di dunia maya saya juga aktif mengikuti grup all fandom kpop di berbagai sosmed. Mulai dari facebook, bbm, whatsapp, dan juga instagram. Nah melalui akun sosmed itu, saya selalu mencari berita terbaru tentang idola saya, menonton music video-nya, dan menirukan dance practice-nya. 

Baca Juga  Visi Harian Seorang Muslim

Kegigihan saya untuk menjadi kpopers sejati semakin menjadi-jadi ketika saya mulai akrab dengan 2 teman saya  yang juga kpopers sejati. Saya berusaha menghafal wajah idol Korea, menghafal berbagai lagu dan gerakan tariannya, dan juga mengikuti berbagai update funny moment mereka. Untuk memperkaya wawasan mengenai idol kpop supaya bisa mempunyai relasi yang luas, karena mayoritas teman saya adalah kpopers

***

Selain idol kpop, pada tahun 2017 saya juga mulai mengenal drama korea. Waktu itu, saya diberi sebuah file drama berjudul Goblin oleh teman saya melalui sebuah flashdisk. Ketika weekend saya mencoba menontonnya sendiri menggunakan laptop saya. Dalam drama tersebut terdapat sebuah peperangan yang penuh pertumpahan darah. Ketika saya sedang ketakutan dalam menonton, ibu saya memergoki saya menonton drama. Alhasil, saya dimarahi dan diadukan ke ayah saya, karena menggunakan laptop untuk menonton drama, bukan untuk belajar.

Pada akhirnya laptop dan hp saya disita oleh ayah saya. Saya hanya pasrah, ketika ketahuan menyimpan ribuan file foto oppa-oppa Korea. Saya hanya bisa meringis, nggak bisa nangis juga, cukup miris yaa, hangus sudah semua foto oppa-oppa saya. Kehilangan ribuan foto, bagaikan kehilangan vitamin A dalam hidup saya. Terdengar sangat berlebihan, namun begitulah adanya.

Hp dan laptop yang disita, belum membuat saya jera, karena saya merasa apa yang saya lakukan masih wajar. Saya masih suka stalking sosmed idola saya dan mengumpulkan berbagai music video kpop lagi. Hal itu tidak bertahan lama, karena ketika kelas 3 SMP, saya mulai sadar bahwa saya terlalu membuang banyak waktu untuk dunia yang semu. Dan saya sadar, kelas 3 SMP harus mulai serius lagi untuk mempersiapkan Ujian Nasional.

Baca Juga  Galau Karena Putus Cinta, Masih Jaman?

Dan suatu hari, saya mulai menemukan titik terang ketika saya mengikuti sebuah kajian yang khusus membahas tentang serba-serbi hiburan korea (korean wave). Setelah menghadiri kajian tersebut, saya sadar bahwa mencintai hal yang tak pasti itu sebuah kesalahan dan merugikan saya sendiri. Hingga akhirnya, saya mulai mengurangi aktivitas saya yang berkaitan dengan dunia kpop dan mulai mendekatkan diri kepada Allah.

***

Nah, dengan mendekatkan diri kepada Allah, saya merasa lebih tenang dan sejuk, hingga pada akhirnya saya mulai terbiasa dan nyaman dengan diri saya yang lebih religius. Dari situ, saya memutuskan untuk tidak terlalu mengikuti dunia kpop, tidak membencinya, dan sebatas tahu tentang dunia kpop sewajarnya saja. Semua perjuangan saya untuk move on dari kpop pun cukup berhasil. Hingga waktu SMA saya memutuskan ikut serta dalam organisasi keagamaan di sekolah untuk memperdalam ilmu agama dan membatasi diri saya dari pergaulan yang mengerikan.

Dan hasilnya, alhamdulillah sekarang saya sudah bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Selain itu, meskipun sekarang saya juga masih berada dalam lingkungan yang mayoritas orangnya suka dengan kpop, saya hanya menanggapi biasa saja dan tidak terlalu berlebihan. Karena saya sudah yakin untuk tidak menjadi kpopers lagi agar tidak jatuh ke lubang yang sama untuk yang kedua kalinya.

Berdasarkan kisah saya yang hampir tersesat dari tipu daya dunia. Saya menyadari bahwa semua yang nampak menyenangkan dan mengasyikkan di dunia ini, tidak selamanya aman untuk masa depanku nanti. Dan bila kita tidak mampu membatasi dan asyik senang sendiri maka akan rugi karena berada dalam tipuan kebahagiaan. Selain itu, masa lalu saya yang sedikit buram, mampu mengajarkan kepada saya tentang proses move on yang tidak mudah serta perjuangan untuk tetap istiqomah di jalan yang benar sesuai apa yang saya yakini.

Bagikan
Post a Comment