Site icon Inspirasi Muslimah

Jenis Cinta dalam Perspektif Islam

jenis cinta

Membahas persoalan cinta tentu tidak akan pernah selesai, apalagi anak muda yang sedang dalam fase “Quarter Life Crisis” (krisis seperempat abad). Mereka merasa risau dan tidak tahu arah tujuan hidup, karier, kehidupan sosial dan percintaan. Di antara beberapa kerisauan tersebut, persoalan cinta lah objek terakhir yang paling mereka risaukan.

Sejatinya, percintaan termasuk perkara yang seharusnya umat muslim imani karena pembahasan ini termasuk dalam perkara Qada dan Qadhar. Meskipun pada kenyataannya masih banyak remaja muslim yang mengkhawatirkan dan mencemaskan masalah tersebut.

Dalam firman Allah Swt. yang sangat masyhur kita dengar yakni Al-Qur’an surah An-Nur: 26 sebagai berikut:

اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ ࣖ

Terjemah : “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”(Q.S. An-Nur: 26)

Berdasarkan dalil tersebut, orang tanpa ilmu akan semakin overthinking dan merasa diri mereka tidak mungkin pantas mendapatkan sosok yang baik. Padahal sejatinya terdapat penafsiran yang lebih mendalam tentang ayat tersebut.

Namun, penulis tidak akan mengkaji lebih dalam terkait penafsiran ayat tersebut, melainkan akan membahas definisi cinta dalam perspektif ulama.

Sering kali manusia mempermasalahkan dan mengkhawatirkan persoalan cinta. Kekhawatiran tersebut muncul karena ketidakseimbangan ilmu dan pemahaman yang baik tentang cinta. Sehingga banyak dari anak muda yang menyalurkan dan mengekspresikan cinta tidak sesuai dengan syariat, seperti halnya “pacaran”.

Cinta Perspektif Ibnu Qayyim al-Jauziyyah

Daripada merisaukan tanpa mengetahui hakikat permasalahan tersebut, alangkah baiknya kita pahami pembahasan cinta perspektif Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul Raudhah Al-Muhibbin.

Cinta dalam perspektif Ibnu Qayyim memiliki penekanan yang berbeda-beda. Terdapat tiga jenis cinta yang akan penulis bahas dalam artikel ini yakni Mahabbah, Hawa, dan Shabwah. Ketiga jenis cinta tersebut memiliki kekuatan dan kecenderungan yang berbeda.

Cinta dengan Makna Mahabbah

المحبة أصلها:الصفاء

المحبة إصطلاحا:غليان القلب وثروانه عند الإهتياج إلى لقاء المحبوب

وقيل: المحبة هي الميل الدّائم بالقلب الهائم.

Artinya:

“Cinta itu asalnya bermakna: Suci”

“Secara Istilah: “Gejolak dan luapan hati ketika butuh bertemu dengan orang yang dicintai”

“Ada sebuah pendapat: “Cinta merupakan kecenderungan hati yang tetap dengan rasa yang meluap-luap.”

Hakikat cinta jenis ini adalah kesucian. Cinta merupakan rasa yang Allah hadirkan bagi setiap hamba-Nya dan itu merupakan sunatullah. Sehingga seseorang harus mampu memperjuangkan cinta, mengelola hati dan rasa agar tidak menerjang syariat Islam. Karena, pada hakikatnya cinta adalah zat yang suci.

Cinta dengan Makna Hawa

الهوى: ميل النفس إلى الشيء. وهي من كلمة هوي-يهوى. وأكثر ما يستعمل فى الحب المذموم. وقد كان يستعمل فى الحب الممدود.

Artinya:

“Hawa berasal dari kata kerja: “Hawia-Yahwa” yang bermakna: “Kecenderungan seseorang terhadap sesuatu.”

“Kalimat ini sering digunakan pada cinta yang buruk, dan kadang-kadang digunakan pada cinta yang baik.”

Cinta jenis ini merupakan cinta yang penuh kecenderungan. Namun, kata “Hawa” sendiri cenderung terdapat pada cinta yang buruk, karena cinta ini identik dengan hawa nafsu. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat An-Nazi’at ayat 40-41.

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ

Terjemah : “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya. Maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).” (Q.S. An-Nazi’at: 40-41)

Teknologi yang kian canggih membuat ekspresi cinta semakin tidak karuan, bahkan sering kali hadir karena perkenalan di sosial media. Berawal dari sinilah kemudian terjerumus pada hubungan yang tidak sesuai dengan syariat. Nah, cinta inilah yang hadir karena “Hawa”.

Cinta dengan Makna Shabwah

الصبوة والصبا من الشوق.

الصبوة إصطلاحا:ميل صاحبها إلى المرأة الصبية.

Artinya:

“Kalimah Shabwah dan Siba berupa rindu”

“Shabwah secara Istilah: “Kecenderungan seorang yang merindu kepada perempuan yang dirindukan.”

Cinta jenis ini merupakan cinta karena rasa rindu kepada seseorang. Seperti halnya ketika telah jarang berkomunikasi secara langsung maupun virtual, maka akan muncul rasa tersebut. Rasa rindu yang mengakar menjadi cinta.

Maka sebagai remaja yang hidup di zaman penuh fitnah, alangkah baiknya menjaga pergaulan dengan sebaik mungkin.

Apabila memang sudah saling mengenal, memiliki kesiapan ilmu, mental dan finansial bisa langsung mengungkapkan rasa dan menempuh hubungan sesuai syariat dengan cara khitbah (lamaran).

Namun, jika belum mampu maka sebaiknya menyiapkan segala kebutuhan sembari memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Editor : Lailatul Mukaromah

Bagikan
Exit mobile version