Huru-Hara Palestina
Di sudut kota
Serumpun manusia lemah tertunduk
Dengan parang yang digenggamnya
Atau runcing kayu menengadah ke langit
Mereka membawa tekad yang dibara oleh keinginan; merdeka
Di sudut kota
Serumpun manusia lelah maju beranikan diri
Dengan kerikil ketapel terselipkan di saku celana usangnya
Kemudian mereka menyusuri menembus tengah kota
Memerangi dengan senjata seadanya yang dianggap ampuh tuk meraih kemenangan
Di tengah kota
Tersisa beberapa saja dari serumpun manusia sudut kota
Peluru pistol-pistol zionis telah menembus dada mereka
Letupan gas air mata menjadi luka di antara serumpun manusia sudut kota
Yang tersisa dari mereka,
Dipaksa untuk melihat tank-tank menghancurkan gedung-gedung tengah kota
Hampa,
Gaza dipaksa rata, bombardir di mana-mana
Mayat bergelimpangan, bocah-bocah meronta “Abiii,,,Ummiii”
Bibir berkomat-kamit sepanjang masa, tak tahu doa apa lagi yang harus dibaca
Cita-cita sudah setinggi langit, rudal keparat itu binasakannya
Malam siang sama saja, tak ada bedanya
Sama-sama merana, sama-sama tersiksa
Gema takbir hari raya berganti gema tahlil
Orang tua, sesekali meraung-raung di atas pusara anaknya
Sambil mengenang kehidupannya yang penuh ketegangan
Buuummm…
Ruh para syahid melayang, bersama kepulan asap meriam
Mereka pergi dengan rekahan senyuman
Bias di wajahnya seakan-akan mendeklarasikan “Kita sudah menang”
Menang dalam pelukan Tuhan, dalam rajutan kehangatan
Serumpun manusia yang tersisa kembali ke sudut kota
Sambil melantunkan doa tertuju daksa-daksa yang tertinggal di tengah kota
Dan dengan harapan yang masih digantungkannya; Merdeka
Tulungagung, 24 November 2023