f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
terorisme

Hikmah dari Dua Kisah Istri Terpidana Terorisme

Ini adalah kisah dari dua istri terpidana terorisme. Sebut saja Partisipan 1 dan Partisipan 2. Pada 2019 lalu, saat aku mewawancarai mereka di kediaman masing-masing.

Kisah ini kita mulai dari pengakuan Partisipan 1 dan Partisipan 2 yang tidak mengetahui bahwa pengajian yang suaminya ikuti ini merupakan pengajian yang terafiliasi dengan ISIS. Mereka baru tahu paska suami mereka ditangkap. Kejadian itu membuat mereka kaget, kecewa, sedih, trauma, dan perasaan lainnya yang berkecamuk menjadi satu.

Istri Tidak Setuju dengan Keterlibatan Suami

Paska penangkapan, kondisi ekonomi keluarga Partisipan 1 dan 2 tentu merosot tajam. Tidak ada sosok ayah yang mencari nafkah, yang ada hanyalah seorang ibu yang bertambah peran menjadi seorang kepala keluarga.

Demi menghindari stigma masyarakat, menyembuhkan trauma, dan memikirkan kondisi psikologis anak-anak; keduanya harus mengambil sikap dan memutuskan sesuatu yang sangat berat. Seperti pindah rumah, memindahkan sekolah anak-anak, dan menjadi orang terdepan menasehati suami mereka di penjara.

Mereka bersikap tegas terhadap suami bahwa kelompok pengajian ini tidak mungkin benar. Suami tidak boleh ikut sejenis pengajian ekstrem seperti ini lagi. Sikap mereka cenderung menjadi pertimbangan suami untuk berpikir ulang tentang kebenaran ideologinya.

Di saat ideologi suami tergoncang dan melemah, istri mengambil peluang dengan meyakinkan suami agar keluar dan tidak lagi bergabung. Bahkan, istripun meyakinkan suami untuk mengaji saja di rumah bersama dirinya dan anak-anak jika suami ingin mendalami ilmu agama.

Kekecewaan sudah pasti tersirat dari dua perempuan ini. Bagaimana tidak, kebersamaan yang hilang selama di penjara membuat istri trauma dan harus menanggung dua peran; yakni sebagai ayah dan ibu bagi anak-anak mereka. Bahkan Partisipan 1 menegaskan bahwa ia menginginkan suaminya setelah bebas; untuk lebih memperhatikan keluarganya sebagai pengganti waktu selama suaminya di dalam lapas.

Baca Juga  Menunggui Ibu di Ruang Isolasi

Iya, di rumah aja udeh, tinggal benerin anak-anaknya benerin saya. Itu juga saya kemaren bilang gitu sih. Yaudah sekarang mah saya mah udah lah tinggal sama keluarga aja lah katanya tinggal ngurusin anak sama ngajarin istri. Udah itu yang bener.” Ujar Partisipan 1.

***

Partisipan 1 memang cenderung memikirkan betapa dirinya dan keluarganya membutuhkan waktu untuk bersama. Baik itu untuk belajar ilmu agama atau pun menghabiskan waktu bersama keluarga sebagai bentuk kasih sayang terhadap keluarganya. 

Apa yang Patisipan 1 alami,tak jauh beda dengan Partisipan 2, bahkan Partisipan 2 lebih speak up  lagi terhadap suaminya.

Bi, pokoknya nih sekali lagi Abi ikut-ikutan kaya gini, Abi akan saya tendang Bi. Serius, beneran. Saya bilang, lu mau milih apa? Mau milih kantor polisi apa milih rumah sakit? Ogah lah saya gini lagi. Situ di dalem, saya di luar ngadepin orang-orang. Udah saya iniin, iya iya nggak. Nggak usah macem-macem lah. Ujar Partisipan 2. 

Dari apa yang Partisipan 2 ungkapkan, ia bahkan mengancam suaminya jika terlibat ke dalam kelompok pengajian radikal setelah bebas ia akan melakukan tindakan tegas pada suaminya.

Stigma dan dampak buruk yang ia hadapi karena suaminya dipenjara membuat dirinya trauma dan bersikap berani mengambil tindakan. Tentu ia menyadari jikalau mengubah ideologi itu sulit, tapi ia yakin semua akan bisa ia hadapi jika ia bisa mengambil tindakan tegas untuk melindungi keluarganya. 

Selain itu, Partisipan 2 memutuskan untuk pindah ke rumah orangtuanya selama suami di penjara. Hal ini ia lakukan demi melanjutkan masa depan keluarganya yang menjadi buah bibir para tetangga. Ia khawatir anak-anaknya mendapatkan bully-an dari teman-temannya dan tetangganya. Sebab itu, ia memutuskan untuk memindahkan sekolah dan tempat tinggal jauh dari orang yang mengetahui kasus suaminya.

Baca Juga  Betapa Lelahnya Memburu Vaksin Gratisan

Semua hal yang ia hadapi akibat suaminya di penjara membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih tegas terhadap kenyataan; dan berani melangkah dalam melakukan sesuatu yang dianggap membahayakan keluarganya.

Sikap Tegas Istri Mempermudah Proses Deradikalisasi

Sikap dua istri seperti inilah yang mampu meluluhkan hati suami untuk kembali pada Islam yang benar; Islam yang damai bukan Islam yang mengarah pada kekerasan.   

Berdasarkan konsep deradikalisasi Doosje dkk., deradikalisasi dapat dimulai pada saat ideologi atau benteng pertahanan seseorang yang radikal sedang melemah. Karena, jika saat benteng pertahanan ideologinya masih kuat kita akan kesulitan untuk masuk men-deradikalisasinya.

Dari sinilah kita memahami bahwa deradikalisasi adalah proses di mana orang menolak ideologi yang mereka miliki sebelumnya dengan menanamkan ideologi baru. Dan peran kedua istri ini dapat membantu para suami untuk berpikir ulang benarkah apa yang ia yakini? Benarkah Islam yang dianggap paling benar itu malah menyakiti keluarganya sendiri?

Doosje dkk. menambahkan jika langkah ini merupakan tahapan disengagement (pelepasan) yang ditandai dengan perubahan perilaku; seperti berhenti menggunakan kekerasan karena ideologi mereka dan meninggalkan kelompok radikal mereka, serta diikuti dengan kepercayaan terhadap kelompok radikal yang menurun.

Posisi istri terpidana terorisme sebagai alat dalam mempermudah suaminya melepaskan diri dari kelompok radikal, memang tidak semudah yang terlihat pada dua Partisipan di atas. Pada kenyataannya di lapangan, proses pelepasan ini membutuhkan variabel-variabel lainnya yang mendukung. Perempuan, di sini katakalah sebagai istri hanya menjadi salah satu variabel dari ke sekian variabel dalam proses deradikalisasi.

Dari dua perempuan ini, kita bisa mengambil sebuah makna akan perjalanan keluarga para terpidana terorisme. Ternyata keluarga terpidana terorisme juga mengalami hal serupa dengan terpidana kasus lainnya. Tidak semua keluarga tertutup dan setuju dengan suaminya.

Bagikan
Comments
  • Nani

    Bagus ceritanya ,,,, seperti nya sy tau partisipan nya😊

    Maret 19, 2021
Post a Comment