Site icon Inspirasi Muslimah

Cinta Kasih dan Jalan Mencapai Pendidikan Toleransi dalam Keluarga

toleransi dalam keluarga

Nurul Wahida (2)

Persoalan toleransi dan intoleransi sampai sekarang masih menjadi topik hangat. Lingkupnya bisa sangat luas bahkan tidak terbatas dan terkungkung pada satu topik saja seperti keberagamaan. Misalnya saja peran penting toleransi dalam keluarga yang bisa jadi langkah preventif menghalau berbagai tindakan intoleran. Sedangkan berbicara mengenai keluarga, dapat dipahami bahwa itu adalah bagian terkecil dalam masyarakat yang memiliki banyak peran penting. Pasalnya, pendidikan pertama seorang anak dimulai dari lingkup keluarga.

Sementara itu, keluarga terdiri dari beberapa anggota dalam satu kepala rumah tangga. Hal ini sesuai dengan pengertian keluarga jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesua (KBBI). Di mana masing-masing kepala dalam keluarga tersebut memiliki sifat, sikap, hobi, ego ataupun kebiasaan yang juga beragam.

Keberagaman dalam lingkup terkecil masyarakat inilah bisa menjadi media pertama pendidikan toleransi dapat terwujud. Tujuannya tentu saja untuk mencapai kehidupan yang harmonis dan rukun baik dalam lingkup keluarga ataupun bermasyarakat.

Cinta Kasih dan Toleransi

Disadari ataupun tidak, langkah untuk menumbuhkan pendidikan toleransi dalam keluarga bisa dimulai dari jalan paling sederhana yakni cinta dan kasih sayang. Dengan rasa cinta kasih terhadap sesama anggota keluarga menjadi langkah awal agar diri kita dapat menghargai atau menghormati perbedaan.

Dalam Islam, cinta kasih terhadap orang lain terutama sesama anggota keluarga termasuk perbuatan terpuji. Selain itu, dengan rasa cinta kasih dapat menumbuhkan empati dan simpati.

Misalnya saja ketika melihat salah satu anggota keluarga kesusahan, seringkali kita merasakan simpati yakni perasaan sedih ataupun iba. Kemudian muncul tindakan untuk membantunya yang kita kenal dengan empati. Ini adalah cara sederhana menumbuhkan pendidikan toleransi dalam keluarga tanpa memandang segala perbedaan yang konteksnya adalah hubungan sosial. Sebab dalam Islam, walaupun toleransi sangat penting diterapkan namun terdapat batasannya.

Batasan tersebut yakni dalam hubungan sosial bukan masuk pada ranah ibadah ataupun aqidah. Hal ini sesuai dengan Q.S Al Kafirun yang menjelaskan tentang toleransi antar umat beragama terutama pada ayat ke 6 yang berbunyi, “Lakum dinukum waliyadiin” artinya “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

Tidak hanya itu saja, ada banyak sekali bentuk cinta kasih yang bisa menjadi faktor terwujudnya pendidikan toleransi dalam keluarga. Apalagi dalam keluarga, masing-masing anggota keluarga tentunya memiliki ikatan batin dan emosi yang begitu kuat. Dengan begitu dapat menumbuhkan rasa kesalingan; saling mengerti, menghargai, dan menghormati.

Peran Perempuan dalam Pendidikan Toleransi dalam Keluarga

Terwujudnya pendidikan toleransi dalam keluarga tentu tidak lepas dari peran masing-masing anggota keluarga. Misalnya saja perempuan yang juga punya peran penting dalam pendidikan toleransi di keluarga. Sebagaimana kita ketahui, perempuan kerap digambarkan sebagai sosok lemah lembut.

Selain itu, kita sering mendengar bahwa perempuan lekat dengan pekerjaan pada sektor domestik saja. Inilah yang kerap membuat kaum hawa termarjinalkan di berbagai sektor. Padahal menurut sejumlah tokoh populer yang juga menyoroti mengenai isu-isu mengenai perempuan dan gender, diungkapkan ada empat kodrat bagi perempuan.

Pertama menstruasi atau haid, kedua hamil, ketiga melahirkan dan terakhir menyusui. Sedangkan dalam sektor rumah tangga, semua pekerjaan tentu bisa dikerjakan secara bersama-sama baik laki-laki atau perempuan. Namun apa kaitannya dengan pendidikan toleransi? Peran perempuan dan pendidikan toleransi juga sangat penting untuk menciptakan kehidupan  keluarga yang damai dan tentram.

Tokoh besar Indonesia yakni Yenny Wahid menyebutkan bahwa perempuan bisa berpotensi besar sebagai agen perdamaian demi terwujudnya toleransi. Mereka dapat berperan penting menjadi pendeteksi utama berbagai tindakan yang berpotensi menimbulkan apa yang dikenal dengan sikap intoleransi ataupun diskriminasi.

Sehingga melalui pendidikan toleransi dalam keluarga, bisa jadi media untuk menumbuhkan rasa menghargai dan menghormati kepada sesama tanpa memandang status ataupun gender. Karena itulah perempuan bisa jadi jembatan menghadang sikap intoleransi atau sebagai agen perdamaian.

Cara Menumbuhkan Toleransi dalam Keluarga

Cara menumbuhkan toleransi dalam keluarga bisa dilakukan dengan jalan yang mudah. Misalnya saja menghargai pendapat keluarga, bertutur kata baik, sopan santun serta rasa hormat terhadap orang tua atau saudara yang lebih tua.

Namun perlu diketahui juga bahwa hal tersebut hendaknya sudah dipupuk sejak usia dini. Pasalnya, pendidikan toleransi di usia belia bisa jadi bekal mereka di kehidupan bermasyarakat. Terbiasa sejak kecil melihat orang lebih tua dalam keluarga bersikap saling menghargai dan menghormati perbedaan menjadi contoh terbaik untuk mereka terapkan.

Tidak hanya memberi contoh dalam tindakan nyata. Orang tua juga dapat memberikan tawaran solusi lain untuk menumbuhkan pendidikan toleransi pada anak-anak lewat jalan karya visual. Terlebih audio visual biasanya akan cenderung lebih mudah diterima. Sehingga kolaborasi antara praktik nyata dan visualisasi lewat film atau gambar semakin membantu meningkatkan pendidikan toleransi.

Terlepas dari itu, praktik pendidikan toleransi dalam keluarga melalui jalan cinta kasih bukan sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan bersama. Terlebih semua anggota keluarga juga punya andil besar dalam tercapainya pendidikan toleransi yang lebih maksimal.

Bagikan
Exit mobile version